Temen-temen, q mau cerita ni...
Ni pengalaman yang gak akan q lupain, moga jadi pelajaran buat kalian ya....
Jadi kejadian ni tepatnya tahun 2006, waktu aq lagi ikut lomba Survival
se-Kabupaten Jepara. Saat itu kami menempuh perjalanan sejauh 15 km,
tanpa dibekali makanan yang
cukup. Sangga kami terdiri dari 10 orang putra dan 10 orang putri.
Kebetulan, saat itu aq jadi pimpinan sangga.
Saat itu hari udah gelap, seluruh peserta survival mendirikan tenda di
sebuah lapangan tepatnya di sebuah desa, sebut saja
Desa X. Kata orang, lapangan tersebut terkenal angker. Dengan sisa2
tenaga dan perut yang keroncongan kami mendirikan tenda. Aq saat itu
sedang memasang pasak pada tenda, tetapi pasak itu tidak bisa menancap
ke tanah, karena tanahnya sangat
keras. Berulang kali kami coba tetapi tetap saja susah. Karena kesal
aq nyeletuk...
"Aduh... tanah kok kerasnya kayak begini.....!".
Tak berapa lama, tendapun berdiri. Kami semua masuk ke tenda untuk
istirahat. Setelah semua masuk, tiba2 teman2q pada ambruk, semuanya
sakit, padahal awalnya mereka sehat2
saja. Aq sebagai pimpinan sangat bingung. Dari 10 sangga putri yang
tidak sakit cuma
2 dan aq salah satunya.
Tak berapa lama, salah satu timq, tepatnya adik kelasq yang sedang sakit
itu menggeram-geram, matanya terpejam rapat, dan kakinya
menendang-nendang apa saja yang ada
disitu, kami semua ketakutan. Temen2 q yang cowok memegangi adik
kelasku itu, tapi tenaganya sangat kuat, dua orang temen cowokq tak kuat
menahannya. Tiba-tiba adik kelasq yang pintar hal2 mistik, sebut saja
namanya Arif berkata
"Rasanya ada yang gak beres kak.. si Ana kesurupan!". Arif berusaha
mengajak komunikasi makhluk yang merasuki
Ana. "Apa ada salah satu diantara kalian yang berbuat sesuatu yang
bikin penghuni sini gak
berkenan..?", kata Arif kembali. Mendengar itu, aq teringat kata2q
tadi.
"Aduh.. tanah kok kerasnya kayak gini..!". Aq merasa bersalah, secara
refleks aku berkata.
"Ya udah, aku yang salah... Aq minta maaf..". Mendengar perkataan itu
Ana yang sedari tadi memejamkan mata langsung membuka matanya, dan
geramannya agak menghalus.
"Ya udah sekarang maumu apa, kami meninggalkan sini...?", kata arif
lagi. Ana
mengangguk. "Tapi kamu harus janji keluar dari badan temenq ya....?".
Ana kembali mengangguk. "Ayo kak... sekarang kita pindah dari sini!".
Seketika itu Ana berhenti menggeram, lalu kemudian pingsan.
Setelah kami memindah tenda kami, ajaib, semua temenq yang tadinya sakit
sembuh seketika, seperti tidak pernah terjadi apa2. Dari pengalaman
itu, aq mengambil hikmah, jangan pernah ngomong sembarangan di tempat
yang masih asing buat kita. Karena kita gak pernah tahu kalo sebenarnya
ada yang tidak berkenan dengan perbuatan kita tersebut. Jagalah
kesopanan dimanapun kita berada.
Meski itu di hutan sekalipun.
Ma kasih ya...dah mau baca
Tidak ada komentar:
Posting Komentar